Cerita Suratin, Produsen Genteng Tradisional di Desa Kamulan Puluhan Tahun Bertahan, Bukan Sekadar Produk tapi Warisan

Trenggalek – Desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, dikenal sebagai salah satu pusat produksi genteng tradisional. Banyak warga di desa ini mengandalkan hidup dari industri genteng rumahan yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu pelaku industri ini adalah Suratin, seorang perempuan tangguh yang telah menekuni usaha genteng selama lebih dari 25 tahun.

Genteng Tradisional: Warisan Leluhur Desa Kamulan

Genteng tanah liat buatan Suratin bukan sekadar produk, tetapi juga warisan budaya. Proses pembuatan genteng dilakukan secara manual menggunakan alat tradisional, menjadikannya simbol keaslian dan ketekunan. Di halaman rumahnya, bahan utama berupa tanah liat, genteng mentah, dan genteng siap bakar tertata rapi.

Suratin memulai usahanya dengan alat sederhana dan belajar membuat genteng dari sang kakek. “Awalnya saya tidak tahu apa-apa, tapi dari belajar sedikit demi sedikit, akhirnya paham semua jenis genteng,” katanya.

25 Tahun Bertahan di Tengah Perubahan

Suratin memulai bisnisnya 25 tahun lalu, di tengah kesibukan bertani. Kala itu, industri bahan bangunan belum berkembang di Desa Kamulan. Potensi ini dimanfaatkan Suratin untuk memulai usaha genteng. Ia menjalani proses belajar yang panjang dan penuh tantangan, mulai dari alat seadanya hingga proses produksi manual.

“Dulu semuanya serba manual, tapi tekad kami kuat untuk bertahan,” ucap Suratin sambil menunjukkan tangan keriputnya, yang menjadi saksi kerja keras bertahun-tahun.

Genteng Sebagai Simbol Kehidupan

Menurut Suratin, genteng tidak hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga simbol ketekunan. Dari hasil usahanya, ia mampu memperbaiki taraf hidup, seperti membeli sawah dan rumah.

Keberhasilan Suratin juga didukung oleh kerja kerasnya untuk menciptakan genteng yang berkualitas tinggi. “Orang-orang datang bukan hanya untuk membeli genteng, tetapi juga mendengar cerita di balik proses pembuatannya,” jelasnya.

Inspirasi bagi Generasi Muda

Suratin ingin generasi muda menghargai tradisi dan memahami pentingnya kesabaran dalam membangun usaha. Baginya, genteng tradisional bukan hanya pelindung rumah dari panas dan hujan, tetapi juga bukti bahwa sesuatu yang sederhana dapat menjadi bagian dari sejarah jika dikerjakan dengan tekad.

“Saya ingin semua tahu bahwa usaha itu butuh waktu dan kesabaran,” pungkasnya.

Usaha genteng tradisional di Desa Kamulan adalah contoh nyata bagaimana tradisi lokal bisa bertahan di tengah arus modernisasi. Suratin dan pengrajin lainnya membuktikan bahwa warisan leluhur dapat menjadi sumber penghidupan sekaligus kebanggaan.

Jika Anda mencari genteng berkualitas dengan cerita unik di baliknya, Desa Kamulan di Trenggalek adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi.

Sumber: radartulungagung.jawapos.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *