PACITAN, wartakita – Desa Ploso, Kecamatan Punung, Pacitan, dikenal sebagai sentra industri genteng dan batu bata berkualitas tinggi. Potensi tanah liat yang melimpah di daerah ini dimanfaatkan oleh warga untuk menciptakan produk berkualitas, salah satunya genteng Mantili yang terkenal hingga luar daerah.
Produksi Genteng yang Berkelanjutan
Salah satu perajin lokal, Agus Marianto (37), mampu memproduksi 250 hingga 300 genteng per hari dengan bantuan dua pekerja. Ia menjelaskan bahwa proses pengeringan genteng bergantung pada musim. Saat musim kemarau, pengeringan hanya memakan waktu empat hari, sedangkan di musim hujan bisa mencapai 15 hari.
Untuk memastikan kualitas produk, para perajin menggunakan tanah sawah yang lebih berkualitas. Genteng yang dihasilkan dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp2.000 hingga Rp2.200 per unit, tergantung bentuk dan ukuran. Produk ini dipasarkan tidak hanya di Pacitan, tetapi juga di beberapa kecamatan lain seperti Pringkuku, Donorojo, Tulakan, serta kabupaten tetangga.
Peran Industri Genteng dalam Perekonomian Lokal
Selain genteng, sebagian warga Desa Ploso juga memproduksi batu bata yang dihasilkan di tiga dusun, yakni Ploso, Pacing, Duwet, dan Bubakan. Industri ini telah menjadi tulang punggung ekonomi warga setempat.
Menurut Kepala Desa Ploso, Agus Cahyono, industri genteng dan batu bata memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat. “Dampak ekonominya luar biasa, ratusan perajin di sini memiliki ekonomi yang stabil. Banyak dari mereka yang bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi,” ujarnya.
Saat ini, terdapat sekitar 160 perajin genteng dan batu bata di Desa Ploso yang terus berinovasi dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar, termasuk desain yang lebih modern. Dengan industri ini, Desa Ploso tidak hanya dikenal sebagai penghasil genteng berkualitas, tetapi juga sebagai contoh sukses pemanfaatan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sumber: www.wartakita.co