Purwakarta, VIVA –
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti keterbatasan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk jenjang SMA dan sederajat. Dalam dialog dengan Kepala Sekolah SMAN 3 Purwakarta, Asep Mulyana, Dedi mengusulkan keterlibatan siswa dalam membantu sekolah dengan cara yang tidak dianggap sebagai pungutan liar.
Dana BOS Dinilai Belum Mencukupi
Dalam pertemuan yang berlangsung pada Jumat, 28 Februari 2025, Dedi Mulyadi meminta kepala sekolah untuk mengungkapkan kondisi sebenarnya terkait pendanaan dan kebutuhan sekolah. Salah satu isu utama yang muncul adalah keterbatasan Dana BOS yang diterima setiap siswa.
Menurut Asep Mulyana, setiap siswa di Purwakarta menerima Dana BOS sekitar Rp1.650.000 per tahun. Dengan total 1.290 siswa serta 87 guru dan tenaga kependidikan, dana operasional sekolah per tahun mencapai sekitar Rp2 miliar. Namun, jumlah ini masih dianggap belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah, terutama dalam perbaikan infrastruktur.
“Kita rata-rata ruang kelas masih dalam tahap pemulihan pasca-COVID, belum sepenuhnya layak,” ujar Asep. Ia menambahkan bahwa idealnya sekolah membutuhkan dana sekitar Rp4 juta hingga Rp5 juta per siswa per tahun agar dapat beroperasi dengan baik.
Solusi Alternatif: Siswa Berpartisipasi Tanpa Pungutan
Menanggapi hal tersebut, Dedi Mulyadi mengusulkan keterlibatan siswa dalam membantu perbaikan fasilitas sekolah tanpa harus dianggap sebagai pungutan liar. Ia mencontohkan, jika ada genteng yang rusak atau ruang kelas yang perlu dicat, siswa bisa berkontribusi dengan membawa bahan-bahan tersebut dari rumah.
“Kalau ada orang tua yang mau menyumbang cat untuk kelas, boleh? Kalau ada genteng yang patah, nggak apa-apa dong anak-anak bawa genteng untuk perbaikan,” kata Dedi.
Ia menegaskan bahwa tindakan ini bukan pungutan, melainkan partisipasi aktif dalam menjaga fasilitas sekolah. Bahkan, Dedi memastikan bahwa pemerintah akan melindungi sekolah yang menerapkan langkah tersebut agar tidak dituduh melakukan pungutan liar.
Pentingnya Peran Orang Tua dalam Pendidikan
Dedi Mulyadi juga menyoroti peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Ia mengimbau para orang tua yang memiliki kemampuan ekonomi lebih untuk tidak menghamburkan uang dalam gaya hidup mewah bagi anak-anak mereka, melainkan lebih berkontribusi dalam mendukung fasilitas sekolah.
“Orang yang mampu sebaiknya mendukung pendidikan di sekolah dibandingkan menghabiskan uang untuk kemewahan anaknya,” tegasnya.
Usulan Dedi Mulyadi tentang keterlibatan siswa dalam perbaikan fasilitas sekolah memunculkan diskusi mengenai batasan antara partisipasi sukarela dan pungutan liar. Dengan keterbatasan Dana BOS, sekolah-sekolah di Jawa Barat perlu mencari alternatif agar tetap bisa menyediakan fasilitas yang layak bagi siswa.
Sumber: viva.co.id